ngobrol.online Media massa memiliki peran besar dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap informasi. Di tengah derasnya arus berita dan media sosial, penting bagi generasi muda untuk memahami cara kerja media yang benar. Kesadaran inilah yang mendorong Beritajakarta menggelar kegiatan Ngobrol Bareng Beritajakarta di SMK Sahid Ciracas, yang bertujuan memperkenalkan dunia jurnalistik kepada para pelajar.
Acara ini diikuti oleh puluhan siswa dan siswi dari jurusan komunikasi dan pariwisata. Mereka diajak untuk mengenal lebih dalam tentang profesi jurnalis, mulai dari proses peliputan di lapangan hingga cara menulis berita yang informatif dan menarik.
Belajar Langsung dari Praktisi Media
Kegiatan ini menghadirkan jurnalis dan editor profesional dari Beritajakarta sebagai narasumber utama. Mereka berbagi pengalaman nyata tentang dinamika dunia jurnalistik, mulai dari pencarian fakta di lapangan, penyusunan berita, hingga etika dalam peliputan.
Dalam sesi pembuka, para narasumber menjelaskan bahwa menjadi jurnalis bukan sekadar menulis berita, tetapi juga tentang menyampaikan kebenaran dengan tanggung jawab moral. Jurnalisme yang baik harus mampu memberikan informasi akurat, mendidik, dan tidak memihak.
Para siswa tampak antusias mendengarkan setiap penjelasan. Mereka juga aktif mengajukan pertanyaan, mulai dari cara memilih topik berita hingga bagaimana menghadapi tekanan dalam menghadirkan berita cepat di era digital.
Mengenal Proses Liputan dan Penulisan
Sesi berikutnya berfokus pada proses kerja jurnalis di lapangan. Para pelajar diajak memahami tahapan penting dalam menghasilkan berita: mulai dari observasi, wawancara, verifikasi fakta, hingga penyusunan naskah berita.
Narasumber menjelaskan bahwa verifikasi fakta adalah inti dari jurnalisme yang kredibel. Di era media sosial seperti sekarang, berita palsu atau hoaks mudah menyebar. Karena itu, jurnalis dituntut bekerja cepat tanpa mengabaikan ketelitian.
Peserta kemudian diberi contoh bagaimana jurnalis memutuskan apakah sebuah informasi layak dipublikasikan atau tidak. Mereka juga belajar membedakan antara berita faktual, opini, dan konten promosi yang sering kali bercampur di media daring.
“Menjadi jurnalis bukan hanya soal menulis cepat, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan publik. Sekali media kehilangan kepercayaan, sulit untuk mendapatkannya kembali,” ujar salah satu narasumber dari tim redaksi Beritajakarta.
Simulasi Menulis Berita
Untuk menambah pengalaman praktis, para peserta diajak berlatih menulis berita berdasarkan peristiwa yang disimulasikan. Dalam sesi ini, pelajar dibagi ke dalam kelompok kecil dan diminta membuat naskah berita dengan struktur 5W + 1H: What, Who, When, Where, Why, dan How.
Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil tulisannya. Tim jurnalis Beritajakarta memberikan umpan balik mengenai gaya bahasa, pemilihan judul, serta kesesuaian dengan kaidah jurnalistik.
Hasilnya cukup mengesankan. Banyak peserta yang mampu menulis dengan alur logis dan gaya penulisan yang menarik. Beberapa di antaranya bahkan dinilai sudah memiliki potensi untuk menjadi jurnalis muda yang berbakat.
Mengenal Etika dan Tanggung Jawab Jurnalis
Selain keterampilan teknis, materi tentang etika jurnalistik juga menjadi fokus penting dalam kegiatan ini. Para peserta diajarkan untuk selalu mengedepankan prinsip kejujuran, keseimbangan informasi, dan perlindungan terhadap narasumber.
Jurnalis tidak boleh menulis berita yang bersifat fitnah, mengandung kebencian, atau melanggar privasi seseorang. Narasumber juga berhak mengetahui konteks wawancara dan bagaimana pernyataannya akan digunakan.
“Etika adalah kompas moral bagi jurnalis. Tanpa etika, media bisa kehilangan arah dan berubah menjadi alat kepentingan,” tegas salah satu pembicara yang telah berpengalaman lebih dari sepuluh tahun di dunia jurnalistik.
Para siswa pun diajak berdiskusi mengenai dilema etis yang sering dihadapi jurnalis. Misalnya, bagaimana bersikap saat menemukan informasi penting yang berpotensi menimbulkan kontroversi. Sesi ini membuat peserta menyadari bahwa tanggung jawab jurnalis tidak berhenti di ruang redaksi, tetapi juga berdampak luas pada masyarakat.
Literasi Media untuk Generasi Muda
Kegiatan Ngobrol Bareng Beritajakarta juga menjadi bagian dari upaya meningkatkan literasi media di kalangan pelajar. Dengan memahami cara kerja media, generasi muda diharapkan lebih bijak dalam mengonsumsi informasi dan tidak mudah percaya pada kabar yang belum diverifikasi.
Pihak sekolah menyambut baik kegiatan ini. Guru pembimbing SMK Sahid Ciracas menyebut, pembelajaran jurnalistik sangat relevan dengan kebutuhan zaman. Di era digital, kemampuan menulis dan berpikir kritis menjadi keterampilan yang harus dimiliki setiap siswa.
“Kami senang anak-anak bisa belajar langsung dari praktisi media. Ini membuka wawasan mereka tentang dunia kerja dan pentingnya komunikasi publik yang sehat,” ujar salah satu guru pendamping.
Harapan dan Pesan dari Beritajakarta
Di akhir acara, perwakilan Beritajakarta menyampaikan apresiasi atas antusiasme peserta. Mereka berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan minat generasi muda untuk ikut berperan dalam dunia jurnalistik.
“Jurnalisme adalah ruang bagi anak muda untuk berkontribusi lewat tulisan dan ide. Siapa pun bisa memulai dari hal kecil, misalnya menulis tentang lingkungan sekitar,” ujar salah satu editor Beritajakarta.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi foto bersama dan penyerahan cendera mata. Banyak peserta yang mengungkapkan keinginan untuk melanjutkan pengalaman belajar mereka di bidang komunikasi dan media.
Kesimpulan
Melalui kegiatan Ngobrol Bareng Beritajakarta, pelajar SMK Sahid Ciracas mendapatkan pengalaman berharga tentang dunia jurnalistik. Mereka tidak hanya belajar menulis berita, tetapi juga memahami nilai-nilai penting di balik profesi jurnalis: kejujuran, tanggung jawab, dan empati sosial.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa edukasi media sangat penting bagi generasi muda. Dengan pemahaman yang benar tentang jurnalistik, mereka dapat menjadi masyarakat yang kritis, cerdas, dan bijak dalam menyaring informasi.

Cek Juga Artikel Dari Platform marihidupsehat.web.id
