ngobrol.online Penguatan karakter pelajar semakin menjadi prioritas dalam membangun generasi menuju Indonesia Emas 2045. Dalam semangat tersebut, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggandeng MAARIF Institute untuk menyelenggarakan program Ngobrol Bareng Wamen Fajar (NGAJAR) pada kegiatan Jambore Pelajar Teladan Bangsa (JPTB) XII. Program ini menjadi wadah strategis untuk membangun ketahanan komunitas sekolah melalui pengarusutamaan nilai karakter, literasi, dan keterampilan masa depan.
Gelar wicara bertema “Budaya Sekolah Aman, Nyaman, dan Gembira” menjadi inti pertemuan tersebut. Para pelajar diajak memahami bagaimana sebuah sekolah harus menjadi lingkungan yang bebas kekerasan, menjunjung nilai kemanusiaan, serta mampu menghadirkan proses belajar yang menyenangkan. Sebanyak 100 pelajar SMA dan sederajat dari berbagai wilayah Indonesia turut serta. Mereka dipilih dari 87 sekolah di 25 provinsi sebagai perwakilan generasi muda yang siap membawa perubahan positif di daerah masing-masing.
Pentingnya Sekolah Bebas Kekerasan
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, memberikan penekanan kuat terkait aspek keamanan di sekolah. Ia mengingatkan bahwa institusi pendidikan tidak boleh memberi ruang sedikit pun bagi tindakan diskriminatif, perundungan, maupun kekerasan lainnya. Prinsip tersebut mengacu pada regulasi dalam Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 mengenai pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan pendidikan.
Wamen Fajar menekankan bahwa setiap sekolah wajib membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK). Keberadaan kanal aduan yang mudah diakses, mekanisme pendampingan korban, serta pemberian sanksi kepada pelaku merupakan bagian dari sistem yang harus berjalan. Menurutnya, efektivitas aturan sangat dipengaruhi oleh komitmen seluruh unsur sekolah—mulai dari pimpinan, guru, siswa, hingga orang tua.
Regulasi tidak akan bermakna bila tidak diimplementasikan dengan konsisten. Itulah sebabnya Fajar mendorong budaya sekolah yang mendukung kenyamanan belajar, interaksi sehat, serta hubungan sosial yang jauh dari praktik perundungan.
Penyempurnaan Kebijakan dan Penguatan Peran Guru BK
Selain menjaga lingkungan aman, Kemendikdasmen juga sedang menyempurnakan kebijakan terkait pembangunan budaya sekolah. Penyegaran terhadap Permendikbudristek 46/2023 terus dilakukan agar lebih adaptif menghadapi perkembangan sosial dan teknologi.
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) mendapat perhatian khusus. Pelatihan tambahan diberikan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam mendampingi murid secara komprehensif—mulai dari sisi emosional, interpersonal, hingga perencanaan masa depan. Guru BK kini dituntut tidak hanya menjadi tempat curhat, tetapi juga konselor yang memahami strategi pendampingan berbasis empati, psikologi perkembangan, dan teknik konseling modern.
Teknologi, Literasi Digital, dan Tantangan Pelajar Masa Kini
Penggunaan gawai dan internet yang semakin masif memberikan tantangan baru. Wamen Fajar mengingatkan pentingnya penggunaan teknologi secara bijak, sejalan dengan konsep mindful, meaningful, and joyful learning yang diusung Mendikdasmen Abdul Mu’ti. Literasi digital, pemahaman dasar mengenai coding, serta pengenalan kecerdasan buatan menjadi bagian dari strategi membekali pelajar dengan kompetensi abad 21.
Melalui pendekatan ini, teknologi tidak hanya menjadi media hiburan, tetapi juga alat untuk belajar, berkreasi, serta mengasah kemampuan problem solving.
MAARIF Institute Tekankan Penguatan Karakter
Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Andar Nubowo, memuji kolaborasi antara lembaga pemerintah dan mitra masyarakat sipil dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Unjuk Karya Peserta—mulai dari deklarasi pelajar ramah hingga karya seni—menjadi simbol nyata upaya membangun karakter inklusif, toleran, dan partisipatif.
Menurut Andar, JPTB merupakan momentum penting bagi generasi muda untuk memahami nilai-nilai kebinekaan dan solidaritas. Kegiatan ini mendorong pelajar menambah jejaring, memperluas pemahaman sosial, dan menyerap nilai positif yang menjadi modal menuju Indonesia Emas 2045.
Puspeka: Pelajar Harus Jadi Agen Perubahan
Kepala Puspeka, Rusprita Putri Utami, menegaskan bahwa penguatan karakter tak kalah penting dibandingkan keterampilan akademik. Di tengah derasnya arus informasi dan teknologi, pelajar perlu dibekali kemampuan memilah informasi, serta membangun empati dan sikap bijak dalam menyikapi isu sosial.
Rusprita menilai bahwa pelajar adalah aktor utama perubahan. Mereka diharapkan menjadi penebar kebaikan, membangun toleransi, serta menjadi penyambung nilai positif di lingkungan sekolah maupun masyarakat. JPTB hadir sebagai ruang perjumpaan yang memperkuat pemahaman bahwa generasi muda Indonesia berasal dari beragam latar, namun memiliki misi bersama dalam membangun Negeri.
Belajar di Lapangan: Dari Ciliwung hingga Pengolahan Sampah
Selain sesi diskusi, peserta JPTB diajak mengikuti kegiatan lapangan seperti perjalanan menyusuri jalur air, mengenal edukasi lingkungan, serta belajar mengenai pengelolaan sampah. Aktivitas ini dirancang untuk memperkuat kesadaran ekologi serta menumbuhkan kepedulian pada keberlanjutan lingkungan.
Kegiatan tersebut juga melatih kolaborasi antarpelajar, memperkaya pengalaman belajar, dan membantu mereka melihat persoalan lokal dari kacamata langsung di lapangan.
JPTB Menjadi Fondasi Pembentukan Generasi Emas
Kolaborasi Kemendikdasmen dan MAARIF Institute melalui JPTB XII memperlihatkan bagaimana penguatan karakter dapat dilakukan lewat pendekatan menyeluruh. Program NGAJAR bersama Wamen Fajar hadir bukan hanya sebagai dialog, tetapi juga sebagai gerakan membangun budaya sekolah aman, toleran, serta mengapresiasi keberagaman.
Semua nilai ini menjadi bekal penting untuk menghadapi tantangan menuju Indonesia Emas 2045. Generasi muda tidak hanya dituntut cerdas dan kompeten, tetapi juga memiliki karakter kuat, empati sosial, dan semangat kolaborasi yang tinggi.

Cek Juga Artikel Dari Platform radarjawa.web.id
