Pergerakan Saham BUMI Jadi Sorotan Pasar
Pergerakan saham PT Bumi Resources Tbk atau BUMI menjadi salah satu topik paling ramai dibicarakan di pasar modal Indonesia sepanjang 2025. Emiten batu bara ini berhasil keluar dari fase stagnasi panjang di level harga seratusan rupiah dan mencatatkan lonjakan signifikan, baik secara enam bulan terakhir maupun secara year-to-date (YtD).
Kenaikan harga saham BUMI tidak terjadi secara tiba-tiba. Sejumlah faktor fundamental dan sentimen pasar ikut mendorong penguatan, mulai dari prospek masuk indeks global, aksi korporasi strategis, hingga transformasi bisnis yang dijalankan perseroan. Kombinasi faktor-faktor tersebut membuat BUMI kembali dilirik oleh investor ritel maupun institusi.
Analisis Pergerakan Harga Saham BUMI 2025
Mengacu pada data perdagangan Bursa Efek Indonesia, saham BUMI mulai meninggalkan level Rp100-an pada pertengahan November 2025. Pada perdagangan 13 November 2025, harga saham BUMI melonjak ke Rp224 per saham dari posisi sebelumnya di kisaran Rp192.
Sejak titik tersebut, tren penguatan terus berlanjut. Pada penutupan perdagangan Jumat, 19 Desember 2025, saham BUMI tercatat berada di level Rp344 per lembar. Momentum bullish kembali terlihat pada perdagangan Senin, 22 Desember 2025, ketika BUMI mencetak level tertinggi intraday di kisaran Rp388 per saham.
Sepanjang sesi perdagangan hari itu, harga saham bergerak dalam rentang Rp346 hingga Rp392 per lembar dan tercatat berada di level sekitar Rp386 per saham menjelang penutupan sesi siang. Dengan posisi harga tersebut, saham BUMI telah mencatatkan kenaikan lebih dari 200% baik dalam enam bulan terakhir maupun secara YtD 2025, dengan kapitalisasi pasar mencapai sekitar Rp143 triliun.
Sentimen MSCI Jadi Katalis Tambahan
Salah satu sentimen positif yang turut mengangkat saham BUMI adalah peluang masuk ke dalam MSCI Indonesia Global Standard Index pada periode reviu Februari 2026. Saat ini, BUMI masih tercatat sebagai konstituen MSCI Indonesia Small Cap Index dan juga masuk dalam MSCI Investible Market Indexes (IMI).
Optimisme pasar semakin menguat setelah anak usaha BUMI, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), berhasil masuk ke MSCI Indonesia Global Standard Index pada reviu November 2025. Keberhasilan BRMS tersebut dianggap sebagai sinyal positif bahwa induk usahanya juga memiliki peluang serupa, terutama dengan lonjakan kapitalisasi pasar dan likuiditas saham yang meningkat.
Masuknya suatu emiten ke dalam indeks MSCI umumnya berdampak positif terhadap arus dana asing, karena banyak dana kelolaan global menjadikan MSCI sebagai acuan investasi.
Aksi Korporasi: Akuisisi Wolfram Limited
Selain faktor pasar, perhatian investor juga tertuju pada ekspansi anorganik yang dilakukan BUMI sepanjang 2025. Perseroan menyelesaikan akuisisi 100% saham Wolfram Limited, perusahaan tambang tembaga dan emas asal Australia, dengan nilai transaksi sekitar Rp698 miliar.
Akuisisi ini memberikan akses strategis bagi BUMI terhadap sumber daya tembaga yang signifikan, sekaligus memperluas eksposur bisnis ke koridor tembaga–emas Australia. Wolfram ditargetkan kembali beroperasi pada pertengahan 2026 dengan estimasi produksi lebih dari 9.000 ton tembaga ekuivalen per tahun.
Langkah ini menandai pergeseran penting dalam strategi BUMI yang mulai mengurangi ketergantungan pada batu bara dan memperluas portofolio mineral bernilai tinggi.
Diversifikasi Lewat Jubilee Metals Limited
Strategi diversifikasi BUMI juga terlihat dari pengambilalihan mayoritas saham Jubilee Metals Limited (JML), perusahaan tambang emas yang telah memasuki tahap produksi. Per 18 Desember 2025, BUMI menguasai sekitar 64,98% saham JML melalui transaksi senilai kurang lebih Rp346 miliar.
Akuisisi ini dinilai strategis karena JML sudah berada pada fase produksi, sehingga dapat memberikan kontribusi arus kas lebih cepat dibandingkan proyek tambang yang masih berada pada tahap eksplorasi. Dengan masuk ke sektor emas, BUMI memperluas sumber pendapatan di luar komoditas batu bara yang cenderung siklikal.
Prospek Bisnis Batu Bara BUMI ke Depan
Meski gencar melakukan diversifikasi, batu bara masih menjadi tulang punggung bisnis BUMI. Perseroan menargetkan volume penjualan batu bara sekitar 77 hingga 78 juta ton pada 2026, relatif sejalan dengan realisasi tahun sebelumnya. Kontribusi utama berasal dari Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia.
Manajemen memperkirakan harga batu bara pada 2026 tidak akan jauh berbeda dibandingkan 2025, seiring kondisi pasokan global yang masih relatif longgar. Namun demikian, BUMI menegaskan fokus pada efisiensi operasional dan pengendalian biaya agar kinerja tetap terjaga di tengah fluktuasi harga komoditas.
Transformasi Bisnis dan Persepsi Investor
Lonjakan harga saham BUMI sepanjang 2025 menunjukkan adanya perubahan persepsi investor terhadap emiten ini. Jika sebelumnya BUMI kerap dipandang sebagai saham batu bara berisiko tinggi, kini pasar mulai melihat potensi jangka panjang dari strategi transformasi dan diversifikasi yang dijalankan.
Masuknya BUMI ke sektor tembaga dan emas, potensi masuk indeks global, serta perbaikan struktur bisnis menjadi faktor yang meningkatkan kepercayaan investor. Meski demikian, volatilitas harga tetap perlu diantisipasi, mengingat karakteristik saham berbasis komoditas yang sensitif terhadap sentimen global.
Kesimpulan: BUMI di Persimpangan Peluang dan Risiko
Pergerakan saham BUMI sepanjang 2025 mencerminkan kombinasi antara sentimen pasar dan langkah strategis perusahaan. Kenaikan harga yang tajam, aksi korporasi agresif, serta peluang masuk indeks MSCI menjadikan BUMI sebagai salah satu emiten yang paling diperhatikan tahun ini.
Bagi investor, saham BUMI menawarkan peluang menarik seiring transformasi bisnis yang sedang berlangsung. Namun, risiko tetap perlu diperhitungkan, baik dari sisi fluktuasi harga komoditas maupun dinamika pasar global.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko. Seluruh keputusan investasi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing investor. Informasi ini bersifat edukatif dan bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual efek tertentu.
Baca Juga : Jadwal Acara Metro TV Rabu 24 Desember 2025
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : beritajalan

