ngobrolonline – Program Makanan Bergizi (MBG) yang digagas pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi siswa sekolah kembali menuai sorotan. Kali ini, sejumlah orang tua murid di SDIT Al Izzah menyatakan penolakan terhadap program tersebut. Mereka menilai MBG belum menjamin keamanan pangan bagi anak-anak. Menanggapi hal ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) turun tangan memberikan klarifikasi sekaligus menekankan pentingnya program ini untuk kesehatan generasi muda.
- Latar Belakang Penolakan Orang Tua
Sejumlah orang tua murid di SDIT Al Izzah menyampaikan keberatan terhadap pemberian makanan MBG di sekolah. Kekhawatiran mereka muncul setelah adanya kasus keracunan massal MBG di berbagai daerah beberapa waktu lalu. Para orang tua menganggap distribusi makanan belum melalui pengawasan ketat, baik dari sisi kebersihan dapur, standar pengolahan, maupun distribusi ke sekolah. Mereka khawatir anak-anak menjadi korban jika standar keamanan belum benar-benar terjamin. - Kepala BGN Angkat Bicara
Menanggapi keresahan tersebut, Kepala BGN menegaskan bahwa program MBG tetap penting untuk menanggulangi masalah gizi, termasuk stunting. Ia menyampaikan bahwa evaluasi menyeluruh sedang dilakukan, mulai dari perbaikan dapur produksi hingga peningkatan sistem pengawasan. Kepala BGN juga mengimbau orang tua agar tidak khawatir berlebihan, karena pemerintah berkomitmen menyalurkan makanan bergizi dengan kualitas terbaik. Menurutnya, kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan penyedia makanan akan memastikan program berjalan sesuai harapan. - Langkah Perbaikan dan Sertifikasi
Sebagai tindak lanjut, pemerintah menargetkan penyedia makanan MBG wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPPG). Sertifikat ini memastikan dapur memenuhi syarat higienitas, sanitasi, dan kelayakan produksi. Kepala BGN menjelaskan, pihaknya bersama Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah sedang mempercepat penerbitan puluhan ribu SPPG agar insiden keracunan tidak terulang. Selain itu, dilakukan pelatihan bagi penyedia makanan agar memahami standar keamanan pangan yang benar. - Reaksi Orang Tua dan Sekolah
Meski mendapat klarifikasi, sebagian orang tua tetap meminta agar sekolah diberi opsi menolak program MBG sementara waktu sampai ada jaminan kualitas yang nyata. Mereka menekankan bahwa keselamatan anak lebih utama dibanding sekadar menjalankan program nasional. Pihak sekolah sendiri berada di posisi dilematis. Di satu sisi mereka ingin mendukung program pemerintah, namun di sisi lain harus merespons kegelisahan orang tua murid. Diskusi antara komite sekolah, BGN, dan orang tua pun masih terus berlanjut. - Harapan untuk Program MBG ke Depan
Kepala BGN menegaskan bahwa MBG tidak hanya soal membagi makanan, melainkan upaya sistematis untuk membangun generasi sehat. Dengan adanya evaluasi, sertifikasi, serta pengawasan yang ketat, ia optimistis kepercayaan orang tua dapat dipulihkan. Program ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi gizi buruk dan meningkatkan prestasi belajar anak. Pemerintah juga membuka ruang dialog dengan masyarakat agar program berjalan transparan dan tepat sasaran.
Penolakan orang tua SDIT Al Izzah menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap MBG masih perlu diperkuat. Klarifikasi dari Kepala BGN menjadi langkah awal untuk meredam keresahan, namun pelaksanaan di lapangan tetap menjadi kunci. Jika pemerintah konsisten memperbaiki sistem pengawasan dan menjamin kualitas pangan, MBG berpotensi menjadi salah satu program unggulan yang membawa manfaat besar bagi generasi muda Indonesia.
