ngobrol.online Kota Depok kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap pelestarian budaya daerah. Dalam sebuah acara bertajuk Malam Parahyangan Depok (Mapay Depok), masyarakat disuguhkan pagelaran budaya Sunda yang meriah dan penuh makna. Acara tersebut digelar di Depok Open Space (DOS) dan dihadiri langsung oleh Wali Kota Depok, Supian Suri, bersama jajaran pemerintah kota.
Pagelaran budaya ini diselenggarakan oleh Ikatan Budaya Sunda (IBS) Kota Depok sebagai bagian dari upaya memperkenalkan dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal Jawa Barat. Acara ini mengangkat tema “Ngajaga Warisan, Ngahudang Budaya” yang berarti menjaga warisan sambil membangkitkan semangat budaya di tengah masyarakat urban.
Pagelaran Wayang Golek Sebagai Daya Tarik Utama
Malam Parahyangan Depok menampilkan pertunjukan wayang golek, kesenian tradisional khas Sunda yang telah menjadi identitas budaya masyarakat Jawa Barat selama ratusan tahun. Wayang golek menjadi sarana hiburan sekaligus media pendidikan sosial dan moral bagi masyarakat.
Pada malam itu, dalang Deden Komara Hudaya sukses memikat perhatian penonton lewat lakon yang ringan, penuh humor, namun sarat pesan moral. Tokoh Si Cepot, salah satu karakter paling populer dalam dunia pewayangan Sunda, kembali hadir dengan gaya jenakanya yang khas.
Suasana menjadi semakin hidup ketika Wali Kota Depok turut naik ke panggung dan berbincang langsung dengan Si Cepot. Percakapan itu dilakukan dalam bahasa Sunda yang fasih, mengundang tawa sekaligus rasa bangga dari para penonton.
Wali Kota Depok Apresiasi Pelestarian Budaya
Dalam sambutannya, Wali Kota Supian Suri menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Ikatan Budaya Sunda dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara. Menurutnya, kegiatan semacam ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Depok memiliki semangat untuk menjaga akar budaya daerah di tengah pesatnya perkembangan modernisasi.
Ia menilai budaya lokal bukan sekadar warisan, melainkan identitas dan kebanggaan masyarakat. Dengan melestarikan seni tradisional seperti wayang golek, masyarakat tidak hanya mempertahankan nilai budaya, tetapi juga memperkuat karakter dan rasa kebersamaan.
“Pagelaran seperti ini mengingatkan kita bahwa budaya adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Kita bisa maju tanpa harus meninggalkan akar tradisi yang sudah membentuk jati diri kita sebagai orang Sunda,” ujarnya di depan para hadirin.
Kolaborasi Seni dan Pemerintah Kota
Acara Malam Parahyangan Depok bukan hanya bentuk hiburan, tetapi juga hasil kolaborasi antara pemerintah kota, komunitas budaya, dan masyarakat. Kolaborasi ini mencerminkan visi Depok sebagai kota yang berbudaya dan inklusif, di mana keberagaman menjadi kekuatan, bukan perbedaan.
Selain pertunjukan wayang, acara juga menampilkan musik gamelan Sunda, tarian tradisional jaipongan, dan pameran batik khas Depok. Semua elemen itu dirangkai untuk memperlihatkan betapa kayanya budaya lokal yang hidup di tengah masyarakat modern.
Ketua Ikatan Budaya Sunda (IBS) Depok, dalam sambutannya, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari semangat komunitas budaya untuk terus berkontribusi bagi pembangunan daerah melalui seni. “Kami ingin anak muda Depok mengenal budaya leluhurnya, tidak hanya lewat buku atau media sosial, tetapi melalui pengalaman langsung,” ujarnya.
Dialog Hangat Bersama Si Cepot
Momen paling menarik malam itu terjadi saat Wali Kota Depok berbincang langsung dengan karakter Si Cepot di atas panggung. Percakapan santai itu dibawakan dalam bahasa Sunda dengan nuansa humor yang khas.
Si Cepot yang dikenal cerdas dan jenaka, melontarkan berbagai pertanyaan lucu kepada Wali Kota, mulai dari kebijakan lingkungan, transportasi, hingga pesan untuk generasi muda. Wali Kota membalas dengan gaya santai, menciptakan suasana yang hangat dan penuh tawa.
Interaksi ini memperlihatkan cara unik dalam menyampaikan pesan moral dan edukatif kepada masyarakat. Di balik kelucuan Si Cepot, terselip pesan mendalam tentang pentingnya menjaga budaya, menghormati sesama, dan berkontribusi positif bagi kota.
Pelestarian Budaya Melalui Generasi Muda
Salah satu tujuan utama acara ini adalah mendorong keterlibatan generasi muda dalam pelestarian budaya lokal. Banyak peserta muda yang hadir dari sekolah, kampus, hingga komunitas seni di Depok. Mereka diajak untuk melihat langsung bagaimana kesenian tradisional bisa dikemas dengan cara modern tanpa kehilangan nilai aslinya.
Pemerintah Kota Depok juga menyampaikan komitmen untuk mendukung kegiatan seni budaya melalui program pembinaan dan kolaborasi lintas generasi. Dengan demikian, anak muda tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam menjaga keberlanjutan budaya daerah.
Antusiasme Masyarakat
Malam Parahyangan Depok mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Ratusan warga datang memenuhi area Depok Open Space untuk menyaksikan pertunjukan budaya. Mereka membawa serta keluarga, anak-anak, dan teman-teman, menjadikan acara ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga ajang kebersamaan.
Banyak warga mengungkapkan rasa bangga karena Depok terus berupaya menghadirkan ruang bagi seni tradisional. “Acara seperti ini membuat kami merasa dekat dengan akar budaya sendiri,” kata salah satu penonton.
Kesimpulan
Malam Parahyangan Depok menjadi contoh nyata bagaimana budaya tradisional bisa hidup berdampingan dengan modernitas. Melalui pagelaran wayang golek dan dialog interaktif bersama Si Cepot, masyarakat diajak untuk kembali mencintai seni warisan leluhur.
Kehadiran Wali Kota Depok di panggung budaya memperlihatkan dukungan nyata pemerintah terhadap pelestarian seni lokal. Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat, Depok terus memperkuat posisinya sebagai kota yang menghargai budaya, menumbuhkan kebersamaan, dan menciptakan ruang ekspresi bagi semua generasi.

Cek Juga Artikel Dari Platform seputardigital.web.id
